Saat menyebutkan tanaman rosemary, thyme, cengkeh
dan daun mint dan kebanyakan orang berpikir tentang makanan yang lezat.
Berpikir lebih luas…berhektar – hektar luasnya. Bumbu – bumbu yang
terkenal tersebut sekarang menjadi kunci ampuh dalam organik agrikultur
melawan hama penyakit sebagaimana industri mencoba untuk memuaskan
permintaan untuk buah – buahan dan sayuran diantara tumbuhnya porsi para
consumer akan makanan yang diproduksi dengan cara yang lebih alamiah.
Dalam
sebuah studi yang dipresentasikan dalam Pertemuan Nasional American
Chemical Society’s ke – 238, para ilmuwan di Kanada melaporkan
penelitian baru yang menggembirakan pada apa yang disebut “essential oil
pesticides” atau “killer spices.” Zat – zat tersebut mewakili suatu
golongan baru yang relative dari insektisida alamiah yang menunjukkan
janji sebagai sebuah alternative yang ramah lingkungan terhadap
pestisida konvensional sementara juga memberikan resiko yang sedikit
terhadap kesehatan manusia dan hewan, kata para peneliti.
“Kita
sedang mengeksplorasi kegunaan potensial pestisida alamiah berdasarkan
tanaman minyak esensial yang umumnya digunakan di makanan dan minuman
sebagai bumbu penyedap,” jelas presenter studi yaitu Murray Isman,
Ph.D., dari Universitas British Columbia. Pestisida baru tersebut
umumnya suatu campuran sejumlah kecil dari dua sampai empat bumbu –
bumbu yang berbeda terlarut dalam air. Beberapa akan manjur sekali
membunuh hama sementara yang lainnya mengusir mereka.
Selama
beberapa dekade, Isman dan koleganya menguji beberapa tanaman minyak
esensial dan menemukan bahwa mereka mempunyai jangkauan luas dari
aktifitas insektisidal melawan hama penyakit agrikultur. Beberapa produk
komersil yang berbasis bumbu – bumbusekarang sedang digunakan oleh para
petani yang telah menunjukkan kesuksesan dalam melindungi tumbuhan
strawberry, bayam, dan tumbuhan tomat organic melawan kumbang pengrusak
dan mites, kata para peneliti.
“Produk tersebut
memperluas terbatasnya gudang senjata zat penumbuh organik untuk
bertarung melawan hama penyakit,” jelas Isman. “Mereka hanya sebagian
kecil di pasar insektisida, tetapi mereka berkembang dan mendapatkan
momentum.”
Beberapa pestisida alamiah memiliki beberapa
keuntungan. Tidak seperti pestisida alamiah, “killer spices” tersebut
tidak membutuhkan persetujuan pengatur ekstensif dan telah siap
tersedia. Keuntungan tambahannya adalah bahwa serangga kelihatannya
berkurang untuk meningkatkan resistansinya, kemampuan untuk
mengindahkan toksin yang efektif, kata Isman. Mereka juga lebih aman
bagi para pekerja lapanagan, yang beresiko tinggi terhadap terekspos
pestisida, jelas dia.
Namun pestisida baru juga mempunyai
kekurangan. Karena tanaman minyak yang esensial cenderung cepat menguap
dan terdegradasi sangat cepat pada cahaya matahari, para petani perlu
untuk menerapkan pestisida berbasis bumbuterhadap tanaman pangannya
lebih sering ketimbang pestisida konvensional. Beberapa tersisa hanya
beberapa jam, dibandingkan dengan yang berhari – hari atau bahkan
berbulan –bulan bagi pestisida konvensional. Sebagaimana pestisida
alamiah tersebut kurang manjur dari pada pestisida konvensional, mereka
juga harus diaplikasikan pada konsentrasi yang tinggi untuk memperoleh
tingkat yang dapat diterima dalam mengontrol hama penyakit, kata Isman.
Para peneliti sekarang mencari tahu cara membuat pestisida alamiah tahan
lebih lama dan lebih manjur, jelas dia.
“Mereka tidak manjur
untuk mengontrol hama penaykit,” ingat Isman. Pestisida konvensional
masih merupakan cara yang paling efektif untuk mengontrol ulat bulu,
belalang, kumbang dan serangga besar lainnya pada tanaman pangan
komersil, kata dia. “Namun pada suatu saat nanti, akan ada sesuatu yang
bagus bagi lingkungan dan kesehatan manusia.”
“Killer spices”
tidak hanya membatasi pada penggunaan agrikultur. Beberapa menunjukkan
janji sebagai toksin yang ramah lingkungan dan mengusir nyamuk, lalat,
dan kecoa. Tidak seperti semprotan serangga yang konvensional, yang
mempunyai bau yang menyengat, pestisida alamiah tersebut cenderung
mempunyai aroma yang enak dan pedas. Banyak berisi minyak yang sama
dimana digunakan pada produk aromaterapi, termasuk kayu manis dan
peppermint, jelas Isman.
Para pabrikan telah sudah mengembangkan
produk berbasis bumbu yang dapat mengusir kutu dan tinggi di anjing atau
kucing tanpa membahayakan hewan tersebut. Para peneliti sekarang sedang
mengeksplorasi penggunaan lain produk berbasis bumbu untuk penggunaan
pada buah – buahan dan sayuran untuk menghancurkan mikroba, seperti E.
coil dan Salmonella, yang menyebabkan keracunan makanan.
Para ilmuwan lainnya sekarang ini mengeksplorasi lavender, kemangi, bergamot,
minyak nilam dan setidaknya lusinan minyak – minyak lainnya dari sumber
– sumber tanaman eksotis di Cina yang potensial melawan serangga.
Temuan dari studi disediakan oleh EcoSMART, sebuah perusahaan pestisida
botanis bermarkas di Alpharetta, Ga.
0 komentar:
Posting Komentar